Halaman

Jumat, 28 Februari 2025

Badai di Dalam Kepala 🎧☕


Hujan deras mengguyur jendela kamar. Di luar, angin bertiup kencang, mengguncang ranting-ranting pohon. Namun, badai yang sesungguhnya sedang terjadi bukan di luar sana—melainkan di dalam kepalanya.


Seorang Pria duduk di tepi tempat tidurnya, menatap layar ponsel yang sejak tadi tak kunjung ia sentuh. Matanya terasa berat, tapi pikirannya berputar seperti badai yang tak mau reda.


Pikiran-pikiran berkecamuk tanpa henti. Rasa takut, cemas, dan ragu bercampur menjadi pusaran yang semakin besar.
Sejak tadi sore, ia terus mengulang percakapan terakhir dengan teman nya. Kata-kata yang diucapkan nya masih menggema di kepalanya, bercampur dengan perasaan campur aduk.


Dia menutup matanya. "Tarik napas… hembuskan…" suara kecil dalam dirinya berbisik. Dia mencoba menarik napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Satu kali. Dua kali. Tiga kali.


Lambat laun, suara badai dalam kepalanya mulai mereda. Masih ada suara-suara kecil yang berbisik, tapi mereka tidak lagi berteriak.


Dia menarik napas panjang, berharap udara yang masuk bisa menyapu sedikit kekacauan dalam benaknya. Namun, semakin ia berusaha menenangkan diri, semakin pikirannya melompat dari satu kekhawatiran ke kekhawatiran lain. Tentang masa depan, tentang pekerjaan yang belum selesai, tentang impiannya yang terasa semakin jauh.


Ia bangkit dan berjalan ke jendela, menatap langit malam yang kelam. "Kenapa semua terasa begitu rumit?" bisiknya pada dirinya sendiri.


Ia ingat nasihat orang tua nya "Kalau pikiranmu terlalu penuh, keluarkan. Tulis. Bicara. Jangan kau biarkan bertumpuk di dalam."


Dengan tangan gemetar, dia meraih buku catatannya. Ia membuka halaman kosong dan mulai menulis. Kata-kata mengalir, tanpa aturan, tanpa sensor. Tentang ketakutannya, tentang harapannya, tentang keinginannya untuk bisa berdamai dengan diri sendiri.


Beberapa menit kemudian, ia berhenti. Ia membaca kembali tulisannya dan tersenyum kecil. Kekacauan di kepalanya memang belum sepenuhnya hilang, tapi setidaknya ia merasa sedikit lebih ringan.


Malam itu, untuk pertama kalinya dalam beberapa hari terakhir, dia memejamkan mata dan tidur dengan lebih tenang.


Kadang, pikiran yang berkecamuk memang sulit dihentikan. Tapi dengan cara yang tepat, kita bisa belajar untuk mengurai dan menenangkan badai di dalam kepala. 😊

Happy Blogging 😎✋








 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar