Angin sore berhembus pelan, membawa aroma tanah yang baru saja tersiram hujan. Di sudut teras rumah, Seorang Pria duduk sambil menatap langit yang mulai berubah warna menjadi jingga. Hatinya bergetar pelan, Ramadhan akan segera tiba.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, momen ini selalu membuatnya penuh harap dan rindu. Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tapi juga tentang menyucikan hati, memperbaiki diri, dan merasakan kedamaian yang sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Ramadhan tinggal menghitung hari, tapi tahun ini ia harus menjalaninya jauh dari keluarga. Sebagai perantau di kota besar, ia sudah terbiasa dengan kesibukan. tapi Ramadhan selalu membawa perasaan yang berbeda, kerinduan yang lebih dalam, nostalgia yang lebih kuat.
Dia menarik napas dalam. Tidak ada suasana itu di sini. Tidak ada gelak tawa keluarga besar saat berbuka bersama.
Tapi ia tahu, Ramadhan bukan hanya tentang kebersamaan secara fisik. Ramadhan adalah tentang mendekatkan diri pada Allah, tentang berbagi, tentang merasakan kedamaian dalam kesederhanaan.
Malam itu, Dia memutuskan untuk menyambut Ramadhan dengan cara terbaik yang ia bisa. Ia membeli beberapa bahan makanan untuk memasak dan berbuka, sesuatu yang jarang ia lakukan sejak merantau. Ia juga mencari tahu masjid terdekat yang mengadakan buka puasa bersama. Mungkin, di antara orang-orang yang juga jauh dari keluarga, ia bisa menemukan kehangatan yang serupa.
Saat menatap langit malam dari jendela kamarnya yang kecil, dia tersenyum. Ramadhan kali ini akan berbeda, tapi ia akan tetap menjalaninya dengan hati yang penuh syukur.
Karena sejauh apa pun ia dari rumah, Ramadhan selalu punya cara untuk membuatnya merasa dekat dengan keluarga dan dengan-Nya.
Ramadhan di perantauan memang punya rasa tersendiri, penuh rindu tapi juga membawa banyak pelajaran. Kamu pernah merasakan Ramadhan jauh dari rumah? π
- Happy Blogging π✋
Tidak ada komentar:
Posting Komentar